Ada yang tak leluasa sejak hari itu, entah aku yang terjebak atau dirimu yang terjebak dalam waktu.
Gadis Edelweis
Hera Maysaroh
Sore ini langit menampakan gradasi warna hitam pekat, semilir angin berhembus dengan kecepatan nya menciptakan nada melankolis yang harmonis. Daun, angin, bunga dibuat mabuk olehnya. Tampak dua anak kecil, sedang duduk diatas lorong batu sembari asyik menikmati es krim dalam genggaman nya. Sampai ia, tak menghiraukan langit saat ini.
“Edel, kita pulang ayuk!” ucap seorang anak kecil perempuan, yang juga sedang menikmati es krim, tapi tidak senikmat anak laki-laki itu.
“Ngga ah, aku mau disini Elena. Aku masih mau makan es klim ini, es klim nya enak tau!” seru anak laki-laki itu sembari menjilati tiap sudut es krim yang jatuh ke kulitnya
Elena mengubah arah tempat duduknya, menghadap Edel “Tapi ini mau ujan Edel, nanti kamu dicariin papa kamu,” seru anak kecil yang dipanggil Elena itu
“Kamu duluan aja Elen, aku nanti pulang..” jawab anak kecil yang dipanggil Edel itu dengan santai nya
Mimik wajah Elena berubah, keningnya berkerut ia tampak ragu untuk meninggalkan teman laki-laki kecil nya itu sendirian di taman. Ia menimang-nimang apa yang ia ingin katakan pada Edel “Hm.. Edel, yaudah aku pulang ya” ucap Elena pamit. Anak laki-laki itu mengangguk menatap Elena. Elena pun pergi meninggalkan Edel sendirian di taman yang masih menikmati cairan manis di genggaman tangan nya. Saat di perjalanan Elena kejatuhan cairan dari langit, Hujan mengiringi kepergian Elena. Hujan pun turun dengan lebatnya saat ia sampai dirumah. Angin, petir, daun membuat perpaduan yang mencekam. Membuat Elena semakin cemas pada Edel. “Apa anak laki-laki yang ia baru kenal itu telah pulang, semoga dia sudah pulang” pikir Elena.
Jdarrrr!!
Suara petir yang mengeleggar membuat seorang anak kecil meringkuk ketakutan mendengar suaranya dibawah lorong kecil. Air mata mulai bergulir dari pipi nya tubuh mungil Edel bengetar hebat, tangis nya pecah ia terus saja meracau memanggil nama sang bunda.
“Bundaaa, Edel akut..” ucap suara isak tangis Edel
“Bun-“ suara Edel tak terdengar lagi, berganti suara dengkuran kecil yang halus. Ia tertidur pulas, daya tubuhnya melemah akibat sedari tadi ia menangis tak henti. Hujan menjadi selimut tidur nya. Di lain sisi tampak seorang anak kecil seumuran dengan Edel sedang bersorak ria pada langit yang menangis. Tampak tubuh kecil nya diselimuti jas hujan kecil bercorak bunga Edelweis, dan tangan kirinya memegang kantung plastik berisi makanan kesukaan nya serta tangan kanan nya memegangi payung kecil dengan tulisan namanya. Sedari tadi anak kecil perempuan itu berjalan tanpa henti, akhirnya anak perempuan itu memilih berhenti disebuah taman kecil sambil memercikan air hujan ke wajahnya.
“Terima kasih tuhan, kau memberikan ujan ini untuk bunga-bunga” seru anak kecil itu mendongakan wajah ke langit. Anak kecil itu merogoh saku jas nya, saat ia ingin mengeluarkan sesuatu didalam kantungnya. Ia mendengar suara dari bawah lorong yang ia duduki. Rasa penasaran merasuki tubuhnya, ia tergerak untuk mencari tahu asal sumber suara. Anak kecil itu tercengang atas apa yang ia lihat raut wajahnya berubah sedih, disana tampak anak manusia yang sedang tertidur pulas tanpa terganggu hujan yang turun dengan deras. Ia memberanikan diri untuk mendekati, mencoba melihat dari jarak dekat namun niatnya diurungkan. Lalu ia mengambil sesuatu dan jarinya mulai bergerak kekanan, kiri, atas, bawah mengukir sesuatu di secarik kertas. Tangan anak perempuan itu terjulur menaruh setangkai Edelweis, makanan dan secarik kertas yang ia tulis tadi disamping anak laki-laki itu sembari melepar senyum. Secarik kertas, yang dibuat ditulisan tangan ibu nya sendiri. Diberikan langsung, kepada anak laki-laki tersebut, tanpa mengindahkan betapa istimewanya kertas itu yang berisikan..
Aku harap kamu bisa belajar dari bunga ini, bunga ini istimewa. Butuh perjuangan. untuk mendapatkan nya saja sangatlah sulit, harus bersusah payah untuk keatas sana sebab ia tumbuh ditempat tandus, dan dingin. Bunga ini abadi diatas sana . Dia tetap berjuang hidup, walau banyak rintangan yang ia halau, bunga ini mengajarkan kita agar selalu tulus pada orang lain karena Edelweis tumbuh didaerah yang khusus, ia menerima keadaan apa adanya tanpa menuntut kondisi yang membuat ia nyaman selain itu bunga ini mengajarkan kita arti dari pengorbanan, pengorbanan terhadap sesama, aku harap bisa bertemu denganmu di lain hari. Rinai hujan mulai terhenti, senja hari tlah datang, cahaya matahari meredup kembali ke peraduannya mengiringi kepergian anak kecil perempuan itu.
13 tahun kemudian..
Edel beranjak dari lamunan nya. Ia tersadar akan suara dahsyat milik sahabatnya Gafa menyibak lamunan nya. Gafa, ialah sahabat Edel sedari duduk disekolah dasar.
“Itu suara kecilin apa!” ucap Edel yang jengah terhadap suara bass milik Gafa
“Suka-suka gue, by the way. Lo kenapa sih Del, ada waktu luang dikit malah dibuat ngelamun. Ga berhenti lu ngelamun mulu tau ga, atau jangan-jangan..”
“Jangan-jangan apa?” tanya Edel
“Berfantasi yang aneh-aneh!” selidik Gafa
“Pikiran lu tuh absurd, gue bukan ngelamunin itu. Itu mah lo kali Gaf, bukan gue. Hahahaha” ledek Edel pada Gafa
“Enak aja, gini-gini gue bukan tipe orang yang lo pikirin Del. Kalau bukan itu terus apa yang lo lamunin?”
“Kejadian 13 tahun yang lalu Gaf.” Lanjut Edel, menceritakan apa yang dia pikirkan.
“Del, bukan nya lo udah nemuin dia yaa, Cewe kecil itu kan Elena kata lo sendiri. Elena, temen kecil lo, sekaligus tetangga baru lo dibogor terus ga lama dia pindah.”
Edel memijat pelipisnya “But, gue merasa ada yang aneh Gaf,” Edel merasa ada yang jangkal, tetapi ia tak mempunyai petunjuk atau pencerahan sedikitpun
Gafa menghela napas kasar, Edel selalu saja begitu “ Del, inget ya lo itu udah mau tunangan sama Elena, masih aja lo sempet-sempet nya mikirin kejadian 13 tahun tahun yang lalu, dan jelas-jelas dia adalah tunangan lo sendiri,” ucap Gafa, mencoba mengingatkan Edel atas apa kenyataan yang ada didepan nya.
“Gaf bukan gitu..” ucap Edel mencoba memberi penjelasan pada Gafa. Mencoba menjelaskan perasaan yang terus mengerayangi nya
“Del cukup, gue gamau denger lagi cerita tentang kejadian 13 tahun lo itu. Inget, sekarang tatap masa depan lo. Itu masa lalu Del, masa depan lo sama Elena. Oh ya bukan nya Elena nitip beliin bunga ya buat acara lo nanti sama dia.” ucap Gafa mencoba mengalihkan pembicaraan
Edel mengusap wajah nya kasar, ia bingung pada Gafa. Kenapa Gafa tak mau untuk membantunya perilah kejadian itu. Hatinya diliputi kegundahan, hati kecilnya terus saja mendorong dirinya untuk mencari tahu
“Gue pergi dulu, kalau ada yang cari gue bilang aja ke toko bunga.” ucap Edel lalu menyambar kunci mobil sembari memberi pesan pada Gafa dan tak lama tubuhnya menghilang dari pandangan Gafa
Tok tok tok!
“ Yaa, silahkan masuk!” ucap suara bass milik Gafa yang sedang menantap dokumen.
“permisi pak, maaf ganggu. Ini ada kiriman bunga” ucap seorang perempuan bertubuh 170cm merupakan sekretaris Edel yang bekerja diperusahaan nya.
Edel meninggalkan Gafa, sendirian. Kini ia fokus memegang setir kemudi meneliti jalan didepan nya. Pikiran Edel, menjadi kalut. Ia bingung pada diri sendiri, ada yang janggal atas kejadian nya masa silam. Ya, kejadian 13 tahun yang lalu. Kejadian yang membuat dirinya terombang-ambing, untuk menemukan satu tujuan. Kejadian 13 tahun yang lalu yang membuat dirinya berbeda saat dengan Edel kecil, hanya karena sepucuk surat yang tergeletak disampingnya.
“Ada yang tak leluasa, sejak hari itu. Entah apa karena aku yang terjebak waktumu atau dirimu yang terjebak dalam waktuku, Semoga kelak kita dipertemukan.” ucap Edel meyakini