WidyaVaprita

Ayah adalah seorang artis dalam keluarga. Ia bisa berakting seolah olah tidak terjadi apa apa. Padahal, dalam hatinya ia menyimpan banyak rahasia.

Aku adalah mahasiswi di salah satu Universitas di Korea Selatan. Negeri yang terkenal karena drama dan boy/girlband nya. Salah satunya SNSD yang sudah terkenal didunia akibat lagu Gee mereka. Selain itu, negeri ini terkenal dengan sebutan 'Negeri Gingseng'.

Hal yang membuatku bisa datang kesini adalah beasiswa. Sebelumnya, aku kuliah S1 ku di salah satu universitas di Bandung dan aku mengambil jurusan sastra Korea saat ini. Dan karena nilaiku diatas rata rata, aku mendapatkan beasiswa ke negeri ini.

Disini, aku cukup lama beradaptasi. Selain susah beradaptasi dengan lingkungannya, cuaca dingin disini sangatlah tidak seperti apa yang aku bayangkan. Bahkan suhu tubuh ku panas tinggi akibat salju yang turun saat itu. Tetapi, orang orang disini sangat lah mudah bergaul. Awalnya, aku fikir aku akan susah mendapat teman karena hijab yang aku pakai. Ternyata, aku salah. Mereka sangat 'Welcome' denganku. 

Agar tidak terlalu membebani ayahku, aku mengambil Part Time disini sebagai pelayan di cafe. Gajinya lumayan.

Liburan musim panas disini, kami mendapatkan libur cukup lama, yaitu 3 bulan. Aku berniat ingin pulang ke negeri asalku, Indonesia. Selain ingin menyicipi masakan Indonesia lagi, aku merindukan ayah dan adikku. Ibuku sudah lama meninggal. Ayahku bekerja di salah satu perusahaan Indonesia. Adikku, perempuan, ia baru saja menginjak bangku SMA 3 bulan yang lalu.

Sekarang, aku sudah duduk di pesawat yang akan membawaku kembali ke Indonesia. Ayahku tidak tau kalau aku akan pulang kesini, tapi, adikku tau tentang ini. 

⬇

Aku menenteng tas ranselku sembari menempelkan ponsel ketelingaku. Mencoba menghubungi adikku yang sudah menunggu dibandara.

Sebelumnya, ia mengirimkan ku pesan kalau ia memakai jilbab warna abu abu dan baju kaos bewarna hitam. Aku melihatnya dari kejauhan. Segera aku berlari kecil kearahnya.

"Sarah"

Dia membalikkan badanya lalu memelukku.

"Kakak, Sarah kangen banget sama kakak"

Aku mengelus kepala dan punggungnya. Dia nambah tinggi sekarang.

"Kakak juga. Kamu sama ayah apa kabar? Ayah enggak tau kan, kakak mau pulang?"

Sarah menggeleng, "enggak dong. Aman. Tadi sih aku izin mau pergi kerja kelompok sama temen, tadi juga ayah lagi baca koran didepan"

Aku mengangguk, rencana ku untuk memberi kejutan kepada ayahku akan berhasil. Kebetulan, kemarin adalah hari ulang tahunnya yang ke 46 tahun. 

Sekarang, kami sudah menaiki taksi yang akan membawaku kerumah.

Sepanjang jalan, Sarah tiada henti menceritakan bagaimana ia di sekolah barunya, teman temannya, dan tentang ia berhasil masuk ke jurusan yang ia ingin kan dari dulu. Yaitu IPA, berbeda denganku yang mengambil jurusan IPS dulu.

Aku pun sama, aku bercerita kepadanya tentang bagaimana suasana di Korea, bagaimana aku berkomunikasi dengan orang orang disana, bahkan kerja part time ku, aku ceritakan juga.

Sampai akhirnya, Sarah mengatakan suatu hal yang membuatku berfikir.

"Tapi, Kak. Ayah belakangan ini sering banget pulang malam. Bahkan waktu Sarah udah tidur, ayah baru pulang. Waktu itu, Sarah pernah denger suara mobil masuk jam 11 malem. Waktu Sarah tanya, jawabannya cuma 'kerjaan papa banyak banget di kantor' ".

"Itu setiap hari? Atau cuma beberapa hari aja?"tanyaku.

"Eumm.. iya, hampir setiap hari ayah pulang malem"

Kerja lembur tidak mungkin sampai setiap hari bukan? Dan kalaupun setiap hari, apa karyawan lain tidak ada sehingga semua tugas diberikan kepada ayah ku?

⬇

Sebelum pulang kerumah, aku sempat mampir ke toko kue. Membeli kue ulang tahun untuk ayahku nanti. 

Akhirnya, kami pun sampai dirumah. Mobil ayah tidak ada, rumah yang sederhana tapi cukup untuk tinggal kami semua ini kelihatan sepi. Padahal ini hari sabtu, kantor ayah libur. Kemana ia? Beberapa fikiran negatif merasuki otakku. Tapi, aku tepis semuanya sambil ber-istighfar. Tidak mungkin ayah melakukan hal yang diluar akal sehat.

Sembari menunggu ayah pulang, aku membantu Sarah membereskan rumah. Rumah tampak tidak sedikit rapi. Ya.. aku mengerti, Sarah pulang sore kadang sampai malam. Dan ayah pulang malam juga. Jadi, tidak ada waktu untuk membersihkan rumah.

Tanpa kami sadar, hari sudah menjelang maghrib. Ayah belum kunjung pulang, pukul 5 tadi aku menyuruh Sarah untuk menghubungi ayah. Jawabannya 'ayah sebentar lagi pulang. Kamu mau apa?'

Aku dan Sarah pun menunaikan Sholat Maghrib bersama. Tepat dimana aku selesai membina Sarah dalam mengaji. Suara mobil ayah memasuki perkarangan rumah. Aku melepas mukenah ku sedangkan Sarah langsung berlari kearah pintu tanpa melepas mukenah nya.

"Kamu udah pulang? Kapan?"

Aku mendengar percakapan mereka dari arah dapur. Sarah selalu menanyakan pertanyaan agar memperlambat ayah ke dapur tepat dimana aku sedang menyiapkan kue dan segala macam.

Aku berjalan keruang tamu sambil membawa kue yang diatasnya ada lilin 46, tepat itu adalah usianya sekarang. Ayah cukup terkejut melihat kehadiranku disini sekarang. Ia tersenyum bahagia saat melihatku dan Sarah menyanyikan lagu 'Selamat Ulang Tahun' untuknya. 

Setelah berdoa kepada Allah swt. tentang apapun keinginannya, ia langsung meniup lilin hingga mati. Sedangkan Sarah sibuk mengabadikan moment tersebut.

"Tya, kamu kapan sampai? Tidak menghubungi ayah dulu. Terus, kamu pulang naik pesawat, uangnya dari mana?"

"Ayah enggak usah fikirin itu. Tya ada uang lebih kok"

Senyuman kecil terukir dibibirnya, ia mengelus kepalaku lalu tertawa kecil. Sudah lama sekali aku tidak melihat ia seperti ini, tertawa dan tersenyum. Terakhir aku melihatnya saat aku mendapatkan beasiswa ke Korea. Ia tidak berhenti tersenyum saat itu.

"Ayah mandi dulu, ya? Habis itu kita makan kue nya"

Kami berdua hanya mengangguk, rasanya sungkan sekali menanyakan apa yang ayah lakukan dari pagi hingga malam seperti ini. Tapi, aku harap ia mau bercerita nanti.

⬇

Hari ini hari minggu, tadinya aku sedikit heran mengapa ayah tidak kunjung keluar dari kamarnya. Setelah aku masuki, ia masih tidur walaupun jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Jarang sekali ayah bangun siang seperti ini.

Ternyata, ayah tidak enak badan. Aku menyuruh Sarah membuatkan bubur dan aku menyiapkan obatnya.

Aku duduk disamping tempat tidur ayah, memandangi wajahnya yang pucat dan sudah banyak keriput. Aku memegang tangannya, dingin. Keningnya pun juga sedikit panas.

"Yah.."lirihku pelan mebangunkannya. Agar ia segera makan dan minum obat.

Ia membuka matanya perlahan, aku membantunya untuk duduk sedangkan Sarah mengatur bantal dibelakangnya untuk ia bersandar.

"Makan dulu, ya? Biar ayah enggak sakit lagi"

Ia hanya mengangguk.

Lama kelamaan bubur dimangkok itu pun habis. Lalu ayah meneguk obatnya.

"Ayah enggak apa apa. Kalian enggak usah khawatir. Ini cuma demam biasa saja"

Aku tau, ia berbohong agar kami tidak khawatir.

⬇

2 hari berlalu, kondisi ayah cukup membaik. Tapi, hari ini aku melarangnya bekerja. Agar ia tidak terlalu kelelahan lagi.

Aku mengajaknya ke suatu tempat, banyak sekali yang ingin aku bicarakan kepadanya. Tempat ini adalah sebuah bukit kecil, viewnya sangat bagus ketika matahari terbenam.

"Kamu kenapa bawa ayah kesini?"

"Eum.. Tya udah denger semuanya dari Sarah. Ayah kemana selalu pulang malem? Sabtu minggu pun ayah juga pulang malem. Kalaupun lembur, enggak mungkin bos ayah ngasih semua pekerjaannya ke ayah"

Ia menundukkan kepalanya, "maaf kalau ayah buat kamu sama Sarah khawatir. Gaji ayah dikantor gak cukup buat ngehidupin kalian, apalagi kamu sekarang kuliah di luar, pengeluarannya pasti lebih besar. Uang sekolah Sarah juga cukup mahal. Kalau cuma ngandelin gaji, kita semua gak bisa makan. Makanya, ayah cari pekerjaan sampingan"

"Sebagai apa?"

"Taksi online. Pendapatannya lumayan buat ngehidupin kalian. Tapi, tolong, kamu jangan bilang ini ke Sarah. Ayah enggak mau dia kepikiran"

Aku mengangguk, dibalik kuliahku yang dibilang cukup sulit untuk didapatkan oleh orang lain, ada seorang ayah yang bekerja keras menghidupi ku. 

"Ayah sekarang enggak usah kirimin uang ke Tya dalam jumlah yang seperti dulu. Kurangin aja, Tya juga kerja kok disana"

"Ngapain kamu kerja, Nak? Nanti kuliah kamu terbengkalai. Susah loh buat kuliah di luar negeri"

Aku menggeleng, "enggak kok. Kuliah Tya tetap terjaga"

"Yah.. Ayah enggak usah lagi ngambil penumpang kalo udah malem. Kasihan ayahnya, kasihan juga kesehatan ayah. Ayah enggak kasihan sama badan ayah?"lanjutku sambil mengelus punggungnya.

"Iya.. ayah turutin ucapan kamu. Kamu nanti disana juga, jangan kecapekan, kuliah kamu juga jangan sampai ketinggalan. Ayah bakal janji terus ngasih kabar ke kamu maupun Sarah. 

Semua yang ayah lakuin itu demi kalian semua. Dan semua yang kalian hasilkan dari kerja keras ayah, bisa buat ayah bangga"

Aku hanya tersenyum manis mendengar ucapannya. Ia dan Sarah satu satunya yang aku punya. Aku berjanji, akan membahagiakan ayah sebelum ayah dipanggil oleh Allah swt..

Ayah pernah bilang padaku, "kamu dan Sarah adalah malaikat yang ayah sayangi. Berjanjilah untuk buat ayah bangga, ya?"

Aku akan berusaha untuk mengabulkan permintaannya. Kami berdua pun larut dalam keheningan sambil memandangi matahari terbenam.