Enirahma_

Keras ayah bukan amarah, namun bentuk cinta yang ingin ia perlihatkan.

                                                                 Kasih Ayah Dalam Balutan Kesunyian

 

Sore itu aku baru pulang sekolah, aku pun belum sempat berganti pakaian tapi ayah memanggil dan menyuruhku duduk dihadapannya. Aku sadar ada yang salah, ya karena waktu itu aku diantar pulang oleh kekasih yang tidak direstui oleh ayahku.

“Riska, kemarilah..duduk disini” kata ayah. Aku menghampirinya dengan wajah yang sungguh lelah, “ Ada apa yah? “ ujarku. “harus ayah katakan berapa kali lagi padamu agar tidak diantar pulang dengannya , kamu kan bisa menelpon ayah untuk menjemputmu!” nada ayah mulai meninggi. “ Aku sangat lelah yah, jika aku menelpon ayah itu terlalu lama untuk menunggu, ayah tau sendiri jarak dari rumah kita itu jauh sekali ke sekolah, dia kan satu arah pulangnya jadi aku ikut dia pulang.” Jawabku panjang lebar. “kamu itu selalu saja beralasan seperti itu...bla bla bla.” Ujar ayah dengan nada yang kian meninggi. Aku hanya diam untuk mendengarkan sampai ayah berhenti memarahiku dengan sendirinya. Karena apabila dijawab omelannya akan semakin panjang.

Omelan itu hanya sebuah angin lalu yang masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri, karena bagiku itu adalah sesuatu hal yang tidak penting untuk dibahas. Hanya karena masalah sepele ayah begitu marah padaku. Aku merasa bahwa ayah tidak adil. Aku masih bingung, megapa ayah tidak menyukai hubunganku dengan Ivan. Padahal Ivan selalu memberi kesan yang baik padaku dan ayah. Kekasihku bernama Ivan, kami sudah menjalani hubungan sejak 6 bulan yang lalu tidak lama setelah dia masuk ke sekolah kami. Ivan adalah murid pindahan di sekolah kami.

Sejak hari itu, ayah mulai mengekang dan membatasi semua yang ingin ku lakukan. Sungguh hal yang membuatku semakin merasa bahwa ayah tidak menyanyangiku. Waktuku dengan Ivan pun menjadi sangat terbatas. Hanya di sekolah saja kami bertemu itu pun tidak lama karena kami tidak satu kelas. Merencanakan pertemuan sepulang sekolah pun tidak bisa karena ayah selalu menjemputku tepat waktu.

Aku memiliki seorang teman bernama Nina, dia adalah satu-satunya teman yang dipercayai ayahku. Hanya dengan dia aku boleh berteman. Nina pun sebernarnya tidak setuju aku berpacaran dengan Ivan. Karena menurutnya Ivan bukanlah laki-laki yang baik. Jika seorang berbicara seperti itu, aku selalu berfikir bahwa mereka tidak bisa melihat Ivan dari sisi yang aku melihat. Mungkin mataku sudah dibutakan oleh cintanya. Entahlah..

Setelah tiga hari tidak bertemu dengan Ivan, hari ini aku mendapatkan kesempatan untuk menemuinya. Kami bertemu dikantin sekolah pada jam istirahat, kami bercerita dan melepaskan rindu. “Ris, kenapa ayahmu memperlakukanmu seperti itu, seperti sedang dalam penjara saja.” Ujar Ivan.  “aku juga tidak tau van, sampai sekarang aku belum tau alasan ayah sangat tidak menyukaimu.” Jawabku. Ivan tau bahwa selama ini ayah tidak merestui hubungan kami. “apakah ayahmu tidak menyayangimu,ris?.” Sambung Ivan. Aku hanya diam dan menaikkan kedua pundakku. Kami berbincang-bincang sampai bel masuk berbunyi. Rindu ini belum terbayar seluruhnya dan waktu ini sangat singkat. Apa boleh buat, kami berdua harus masuk ke kelas masing-masing. ...

Malam ini aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, aku berfikir tentang pembicaraanku dengan Ivan siang tadi. Ivan membuatku menyimpulkan bahwa ayah memang benar-benar tidak menyayangiku. Entah mengapa rasa benci hadir di hati dan aku sangat membenci ayah karena sikapnya terhadapku. Pikirku aku adalah anak yang kurang beruntung karena memiliki ayah yang sangat egois, aku benci dengan kehidupan yang tidak sesuai dengan harapan. Aku ingin bahagia bersama Ivan tapi semua itu telah sirna. Itu semua karena ayah.

Dua bulan berlalu, aku mulai terbiasa dengan keseharian ku saat ini, meski dalam hati masih ada rasa kesal tapi aku tidak bisa apa-apa. Akhir-akhir ini pun Ivan mulai berlagak acuh tak acuh padaku, padahal aku rasa tidak ada kesalah pahaman antara kami. Mungkin karena sudah tidak sering bertemu menyebabkan dia merasa bosan dengan hubungan ini. Aku baru sadar akhir-akhir ini juga dia sama sekali tidak kelihatan masuk sekolah. Karena aku penasaran dan hatiku merasa tidak nyaman, saat tiba di sekolah aku langsung menghampiri kelasnya.

Aku bertanya kepada beberapa teman dekatnya, “Ivan kemana? Kenapa beberapa hari ini dia tidak ada disekolah?” tidak ada satu orang pun yang menjawab tentang keberadaan Ivan. Semua terdiam kaku dan seperti merasa bersalah. Hatiku semakin tidak karuan. Pada saat jam masuk kelas aku nekad mendatangi rumah Ivan bersama Nina. Aku tidak memiliki teman yang menurutku mengerti aku selain dia. Kami pun pergi kerumahnya. Sesampainya disana aku segera turun dari motor.

Tok..tok..”Assalamualaikum...Assalamualaikum...Assalamualaikum....” aku mengucapkan salam sembari mengetuk pintu rumahnya. “Ris, mungkin tidak ada orang dirumahnya?” ”Entahlah” jawabku sambil menggelengkan kepala. Setelah lama berdiri di depan rumahnya ada seseorang yang datang menghampiri kami. “maaf, mbak cari siapa ya, mau cari mas Ivan?” “iya pak, saya cari Ivan..kemana ya pak kayanya ngak ada orang dirumahnya?.” “mbak siapa nya mas Ivan?,”tanya lelaki itu. “Saya pacarnya pak, jadi Ivan dan keluarganya kemana ya pak?,”aku bertanya lagi. “Jadi gini mbak, sebelumnya saya minta maaf.. sudah hampir sebulan yang lalu masalah ini diketahui, jadi mas Ivan  dan keluarganya adalah orang yang di cari polisi sudah lama karena kasus penjualan obat-obatan terlarang mereka juga terkena kasus penipuan investasi saham yang dimana uang tersebut mereka gunakan untuk keperluan mereka sendiri, mereka itu sudah berkali-kali pindah tempat tinggal dan disinilah mereka diringkus polisi. Begitu mbak ceritanya.” Ujar lelaki itu menjabarkan permasalahan. “oh gitu ya pak, makasih informasinya pak.” Jawabku. Lelaki itu pun pergi dan Nina memeluk ku seakan dia sudah tau bagaimana keadaan hatiku.

Aku langsung terdiam kaku dalam pelukan Nina, seseorang yang ku kira baik-baik saja ternyata dia adalah orang yang telah lama dicari polisi. Aku jadi teringat ayah dan aku merasa bersalah kepada ayah bahwa mengira ayah adalah manusia yang egois yang tidak peduli terhadap perasaanku. Setelah emosi ku ulai stabil, kami kembali ke sekolah. Sepulang sekolah ayah menjemputku, aku naik ke motor dan memeluk ayah dengan erat. Ayah pun bertanya, “kamu kenapa sayang?” aku hanya diam mengeratkan pelukanku. Sesampainya di rumah aku menceritakan semuanya dengan ayah, dan kala itu ayah juga meluapkan isi hatinya, alasan mengapa dia tidak menyukai Ivan

Semenjak kamu dengan Ivan kamu tidak pernah lagi makan malam bersama ayah, kamu sibuk dengan dunia tentang Ivan, kamu selalu mengurung diri dikamar, kamu selalu membantah nasihat-nasihat kecil yang ayah ucapkan, kamu tidak pernah lagi bercerita keseharianmu kepada ayah, kamu tidak ingin lagi jalan-jalan bersama ayah, kamu jarang memasak lagi untuk ayah, kamu lebih banyak diam dan memendam rasa benci pada ayah, ayah tau Riska, semua yang dulu kamu sering lakukan dengan ayah semenjak dengan dia kebiasaan itu hilang sayang . Ibumu sudah pergi meninggalkan kita, kamu adalah anak semata wayangnya ayah, tapi kamu juga malah tidak lagi memperdulikan ayah. Ayah sangat merasa kehilangan dan sendirian. Ayah memberikanmu perhatian tapi selalu kamu acuhkan. Ayah benar-benar merasa sendirian. Ayah iri pada Ivan karena kamu lebih memilih dia yang baru kamu kenal beberapa bulan dibanding ayah yang telah bersamamu kemudian membesarkanmu bertahun-tahun tanpa mengharapkan imbalan. Sejak dengan Ivan ayah merasa kamu bukanlah wanita kecil yang ayah besarkan. Kamu benci pada ayah, kamu sakit hati karena ayah. Tapi ayah lebih banyak menanggung luka, nak. Ayah mencoba memberikan pengertian tapi kamu tidak pernah ingin mendengarkan..” Aku hanya menangis dan kembali memeluk ayah dengan erat. Sungguh aku tidak sadar telah berperilaku sejahat itu.“Maafkan aku ayah.” ucapku lirih. Aku bergumam dalam hati berjanji tidak akan mengulanginya lagi, aku akan selalu menjaga ayah, dan menyayangi ayah seperti ayah menyayangiku. Aku bersyukur Tuhan tidak membiarkan aku membuat luka yang semakin dalam kepada ayah. Terimakasih Tuhan..

Yuni20

Good your quote! i like it!