Jangan memandang siapa dirimu, apa dirimu dan bagaimana rupa fisikmu. Jika kau benar, bela dirimu. Tapi, jika kau berbuat salah, akui kesalahanmu itu.
Aku berjalan menuju para gerombolam gadis yang berjumlah enam orang itu dengan tatapan tajam dan marahku.
Aku memukul mejanya membuat salah satu gadis dengan nametag 'Sarah Fransiska' itu berdiri dengan ekspresi seperti ingin menumpahkan semua emosinya. Tapi, aku yakin, mau se-emosi apapun dia. Tetap masih emosiku yang lebih tinggi daripadanya.
"Apa maksudmu memukul mejaku? Kau tidak lihat aku dan teman temanku sedang makan?"
Aku menatapnya tajam, "Apa maksudmu juga menumpahkan jus jeruk pada temanku?" Aku bergeser sedikit. Menampilkan baju putih temanku yang sudah berubah menjadi kuning.
"Rin, udah, aku tidak apa apa. Bisa dibersihin kok nanti"ucap temanku sambil menarik tanganku untuk pergi dari sana.
"Ini tidak bisa dibiarin, Na. Dia udah kelewatan"
"Apa? Udah dengar kan apa yang temanmu ucapkan? Lebih baik kau pergi sekarang"
Aku membenarkan letak kacamataku, "Baiklah, tapi ingat satu hal. Karma itu ada"
Aku berbalik ingin pergi tapi sebelum itu, "Ohya, apa kau yakin mereka itu adalah 'temanmu'?"tanya ku sambil melirik gadis gadis lain yang duduk dimeja yang sama dengan Sarah. Maksudku berkata seperti itu adalah untuk menyadarkan Sarah saja. Aku sering sekali melihatnya 'memerintahkan' teman temannya itu untuk melakukan sesuatu.
Sebelum itu, perkenalkan, namaku Airin Cyalina. Hobiku membaca buku, aku seorang gadis dengan kacamata yang selalu menempel dimataku. Bisa dibilang, aku kutu buku. Tapi, orang orang menganggap aku adalah gadis yang cupu. Mungkin kalian bingung, kenapa bisa gadis cupu sepertiku berani melawan siapapun. Aku melakukan hal itu untuk membela yang benar, bukan untuk apa apa. Ya.. walaupun aku dan lawanku nantinya akan berakhir di ruang BK. Lawanku pun tidak jauh jauh dari Sarah atau temannya yang lain. Aku sudah muak dengan kelakuan mereka.
Tapi, yang kena hukuman selalu Sarah. Guru BK meminta satu orang yang menyaksikan kejadianku dan Sarah, selalu saja mereka bilang kalau Sarah yang memulai duluan. Memang begitu nyatanya.
Temanku tadi, namanya Yuna Aprisa. Dia satu satunya sahabatku, kalau teman, aku punya dimana mana. Yuna pun juga yang selalu menjadi sasaran Sarah and the genk. Tapi, Yuna selalu pasrah dengan perlakuan mereka. Tujuan aku menjadikan dia sahabat adalah untuk melindunginya. Aku bertemu dengannya pada saat di toilet wanita. Aku mendengar suara tangisan di salah satu bilik, setelah aku bujuk untuk keluar. Kudapati Yuna dengan penampilan acak acaknya dan kacamata nya terbelah dua. Aku perkenalkan diriku lalu waktu berjalan begitu saja, sampai akhirnya kami bersahabat.
"Kau mau izin pulang atau------"
Yuna menggeleng, "tidak usah, aku ikut pelajaran saja. Lagian ini juga sudah pelajaran terakhir, bukan?"
Aku hanya mengangguk lalu kami berjalan berdua ke kelas.
...
"Beneran?!"
Yuna menutup paksa mulutku, sebelum aku berteriak lebih keras dan menjadi perhatian semua murid dan guru. Ya.. aku sering sekali bertukar pesan dengan Yuna melalui ponsel walaupun sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar. Tapi, kalaupun kami berdua dapat pertanyaan dari guru. Kami bisa menjawabnya.
Hal yang membuat aku terkejut tadi adalah Yuna yang selama ini aku kenal adalah adik dari Reza. Ehm.. Reza Adrian, bad boy di sekolah ini. Semua orang sedikit takut dengan dia, padahal Reza jarang membully atau pun hal yang dilakukan 'preman' disekolah. Dia mendapatkan julukan bad boy adalah karena Reza sama sepertiku langganan BK, tapi dengan kasus yang berbeda. Reza sering membolos, ketahuan oleh satpam, dilaporkan ke BK. Sering terjadi, sering juga dilakukan oleh Reza.
Sebenarnya, aku dan Reza tidak begitu dekat. Dia juga berada di kelas 12, sedangkan aku di kelas 11.
"Tapi, kau jangan beritahu siapa siapa tentang hal ini pada orang lain"pesan Yuna.
"Memang kenapa? Bagus kalau semuanya tau, Sarah tidak akan berani lagi membully mu" "Dan pantas saja Reza selalu ingin menyelamatkanmu kalau kau diapa apakan oleh Sarah"pesanku.
"Yaa.. begitulah, sehabis pulang sekolah ia langsung mengintrogasiku dan dia bilang akan membuat Sarah keluar dari sekolah"pesan Yuna.
Belum sempat aku membalas pesan dari Yuna lagi, bel pulang berbunyi. Semua anak langsung berlarian keluar kelas.
"Kau pulang dengan Reza?"
"Ya.. Biasanya aku menyuruhnya untuk menunggu sedikit jauh dari gerbang. Agar anak anak tidak ada yang tau"
"Baiklah, aku antar kau kesana. Sekalian aku menunggu jemputanku disana"
"Ayo!"
Sesampainya disana, dari kejauhan aku sudah melihat Reza diatas motornya sambil melihat kearah ponselnya. Jujur, menurutku Reza sangat tampan. Aku sempat menyukainya semasa kelas 10 dulu, tapi semua itu berubah saat aku pernah melihat Yuna dan Reza pulang bersama. Saat itu aku belum kenal dengan Yuna. Rasa itu pun hilang begitu saja. Tapi, saat Yuna mengakui kalau ia adalah adiknya. Akankah rasa itu muncul kembali?
"Ada apa denganmu? Bajumu kotor semua? Ulah Sarah lagi?"
Dalam hati aku tersenyum kecil, Reza begitu perhatian dengan adiknya.
"Bukan, ini ketidaksengajaan ku menumpahkan jus jeruk"
"Aku tidak percaya kali ini. Hari ini juga, aku ingin memberi pelajaran kepada Sarah. Agar ia berhenti mengganggu mu. Kalau perlu, aku menyuruh ayah untuk mengeluarkannya dari sekolah"
Ooh, jadi ayah mereka berdua pemilik sekolah ini? Berani sekali Reza mencoba membolos dari sekolah ayahnya sendiri. Sebelumnya, berita ini sudah tersebar di kalangan sekolah. Tapi aku tidak percaya karena pikiranku yang tadi, Reza berani membolos disini.
"Akan aku jelaskan nanti soal ayahku. Sekarang bantu aku menghentikan Kak Reza"
Tapi terlambat, kami bertiga sudah berdiri didepan Sarah sekarang. Sarah yang melihat Reza langsung berdiri dan tersenyum manis.
"Hai Reza, tumben sekali kau menghampiriku, ada apa?"
"Apa kau menumpahkan jus jeruk di baju Yuna?"
Sarah melirik kebelakang Reza, "oh, apakah pahlawannya Yuna yang melaporkan ini ke Reza? Agar kalian bisa membuat Reza mengadu pada ayahnya lalu membuat aku keluar dari sekolah?"
"Yuna adalah adikku. Mau apa kau?"
Sarah terdiam, senyumnya luntur seketika.
"Yu.. Yuna adikmu? Tidak salah?"
"Apa aku perlu mengadu pada ayahku lalu kau keluar dari sini? Semua anak disini adalah saksi kau sering membully adikku dan Airin"
Dia tau namaku rupanya.
"Mohon, jangan, aku sangat minta maaf pada kalian berdua. Apa kata orang tuaku kalau aku keluar dari sekolah. Aku benar benar minta maaf pada kalian, Yuna, aku minta maaf, aku akan membelikanmu seragam yang baru dan kaca matamu juga yang dulu sempat aku patahkan. Tolong maafkan aku. Dan Airin, maafkan aku juga, aku akui aku salah, maaf aku selalu meremehkan kalian berdua"
Sekarang Sarah berulangkali menundukkan badanya sambil memegang tanganku dan Yuna bergantian.
...
Sekarang, aku sudah berada di rumah. Duduk dimeja belajar, tapi fikiranku melayang kearah lain. Sepertinya rasaku pada Reza muncul kembali, entahlah, aku bahagia saat ia menyebut namaku tadi.
Tiba tiba ponselku berbunyi, ada sebuah pesan dari Yuna.
"Bisa temui aku ditaman komplek sekarang? Ada materi yang tidak aku mengerti"pesan yang Yuna kirimkan padaku.
Tumben sekali, biasanya dia langsung datang kerumahku. Tapi, kenapa kali ini, ia meminta bertemu di taman? Entahlah, aku memasukkan beberapa buku dan alat tulis di tas lalu aku keluar dari kamarku.
"Bun, Airin keluar sebentar ya, temanku ingin belajar bersama di taman"
Bundaku mengangguk, "pulangnya jangan terlalu malam"
Aku berjalan menyusuri jalan menuju taman kompleks. Tidak terlalu jauh dari rumahku. Dan sampailah aku disini, tapi, dimana Yuna?
Aku mencoba menghubunginya, namun tidak ada satupun yang terjawab.
"Hai?"
Aku menolehkan kepalaku kebelakang, Reza?
"Yuna nya lagi ada urusan sebentar. Aku disuruhnya untuk menemani mu sampai ia kembali"
Aku mengangguk, apa yang harus aku lakukan? Jantungku terus berdebar. Ada apa denganku?
"Kalau boleh tau, berapa lama kau mengenal adikku?"
"Eum.. Akhir kelas 10, masih baru"
Dia mengangguk, "lalu, apa yang membuatmu ingin berteman dengannya?"
"Aku hanya ingin melindunginya dari Sarah, dan juga dia di kelas 11 sedikit pendiam makanya aku ingin menjadikannya teman"
"Lalu, apa yang membuatmu berani melawan Sarah?"
"Dulu, orangtuaku pernah berkata, 'jangan pandang siapa kamu, apa kamu dan bagaimana rupa fisikmu. Kalau kau benar, bela dirimu. Tapi jika kau berbuat salah, akui kesalahanmu' itu yang membuat aku berani melawan Sarah. Kalau aku benar, kenapa harus takut?"
Aku meliriknya sedikit, ia memandangiku dengan senyuman manisnya. Membuat jantungku makin cepat berlomba.
"Kenapa kau menatapku?"
"Kau cantik, hatimu baik. Sebenarnya, Yuna menyamar menjadi anak cupu, tujuan dari Yuna menyamar jadi anak cupu adalah untuk mendapatkan teman sejatinya. Aku pun setuju dengan itu, lalu aku juga berkata kalau siapapun gadis yang mau berteman dengan adikku. Akan aku jadikan pacar"
Apa yang ia katakan barusan? Pacar? Aku tidak salah dengar?
"Jadi, kau mau jadi pacarku? Dulu aku pernah menyukai mu, tanpa kau sadar aku mendekatimu. Tapi entah kenapa, aku merasa kau malah menjauhiku"
'Ya.. itu karena aku melihatmu bersama Yuna dulu'teriak dalam hatiku. Tidak mungkin aku ucapkan, kalau faktanya aku mengetahui hubungan Yuna dan Reza sekarang.
"Jadi apa? Kau menerimaku?"
"Orangtua ku pernah bilang dulu 'jadilah perempuan yang kuat. Carilah laki laki yang kuat, kalau kalian sama sama kuat. Mudah mudahan, hubungan kalian akan kuat juga' "
"Apa itu artinya kau menerimaku?"
Aku mengangguk malu, Reza menarikku kedalam pelukannya. Tiba tiba suara Yuna mengusik semuanya. Aku senang sekaligus malu. Yuna kelihatannya sangat bahagia, ia selalu memanggilku dengan sebutan 'calon kakak ipar'.
Dan apa kalian tau? Ternyata bundaku dan bunda Yuna adalah sahabat masa SMA mereka dulu. Aku berharap persahabatanku dan Yuna sama seperti mereka. Hubungan aku dan Reza pun, direstui oleh mereka.