You may can insult all that is in me, but you can't insult my hobby
Menulis memang bukanlah hal yang sebanding dengan rumus fisika menurut tingkatan kesulitannya. Yang perlu kau lakukan hanyalah pikirkan ide pokok, dan ikuti alurnya.
Namun aku rasa ada sebuah hal yang membuatku-seseorang yang menyukai menulis- merasakan betapa beratnya hidup menjadi seorang author jika kalian berada di posisiku. Aku rasa ini adalah posisi terburuk kedua setelah posisi buruk yang kudapati dalam keluarga, dan sepertinya posisi terburuk nomer satu itu juga menjadi pemicu adanya posisi buruk nomer dua.
Aku cukup menikmati hari hariku menjadi seorang penulis rahasia atau lebih tepatnya aku menulis beberapa cerita tanpa mengungkap identitasku yang sebenarnya. Ya.. meskipun sebenarnya ada beberapa orang temanku yang mengetahuinya.
Hal yang paling kusukai dalam menuis adalah aku dapat mengungkapkan segala emosiku dalam kata demi kata hingga paragraf yang kubuat disaat aku sendiri tidak dapat mengungkapkannya dengan baik dalam kehidupan nyataku. Jujur saja aku memiliki tingkat emosi yang cukup tinggi, namun sialnya aku akan menyesal kemudian setelah menjadikan orang lain korban dari luapan emosi demi emosi yang ada di dalam diriku, tanpa mengerti dan tanpa bisa mengcapkan kata maaf secara langsung karena aku tidak biasa bahkan tidak pernah melakukannya.
Kisah demi kisah yang tertoreh dalam kehidupanku khususnya dalam bidang menulis ini bermula saat aku duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah pertama. Awalnya aku bukanlah orang yang gemar membaca buku, apa lagi novel-novel yang cenderung memiliki ketebalan dan isi tanpa warna yang tidak menarik minatku sama sekali. Ini semua bermula saat aku melihat sahabatku, Sharoun yang membaca suatu cerita dalam sebuah aplikasi di ponselnya. Saat itu ponselku dapat dikatakan cukup kuno hingga untuk mengunduh aplikasi yang dapat dikatakan sederhana itu saja tidak dapat kulakukan.
Ketika akhirnya aku mendapatkan ponsel baru dikarenakan ponsel lamaku itu rusak, aku kembali mencoba mengunduh aplikasi yang bahkan hampir setiap hari sahabatku buka itu. Pada awalnya aku memang tidak tertarik dan mengutuskan untuk menghapus aplikasi itu.
Selang beberapa bulan kemudian, aku kembali melihat sahabatku yang lain-kau dapat memanggilnya Amel- juga memiliki aplikasi yang sama dengan Sharoun. Entah keinginan dari mana, aku kembali mengunduh aplikasi itu dan lama kelamaan membaca berbagai cerita yang ada di dalamnya telah menjadi rutinitas dan kegemaranku sehari hari.
Setelah cukup banyak cerita yang kubaca, lama kelamaan aku pun tertarik untuk menjadi bagian dari para penulis yang ada di sana. Awalnya aku ragu untuk memulainya, namun dengan berbagai dukungan dan dorongan yang Sharoun dan sahabatku lainnya berikan, aku pun mulai berkarya dengan menulis sebuah cerita sederhana yang bagian terakhirnya telah selesai kuselesaikan dengan cukup baik sekitar dua tahun lalu.
Namun dalam proses pembuatan cerita itu bahkan cerita kedua dan ketigaku yang hanya disebar melalui aplikasi online itu tidaklah berjalan mulus. Kurasa saat itu adalah saat saat yang paling kubenci sepanjang perjalan hidup sebagai seorang penulis. Di titik itu lah banyak orang yang mulai menghinaku.
Jujur saja aku menyembunyikan identitas bukan tanpa alasan. Aku hanya terlalu malu jika orang lain melihat atau bahkan membaca karyaku yang saat itu dapat kukatakan benar benar hancur karena itu merupakan kali keduaku untuk menulis. Karya pertamaku telah kulenyap dan hilangkan dari manapun karena aku merasa itu merupakan cerita yang terlalu buruk untuk dibaca orang lain. Lagipula untuk crita itu hanya ada Sharoun yang mengetahuinya. Beruntung aku telah menghapus cerita itu terlebih dahulu sebelum sehabatku itu sempat membacanya.
Dengan berganti akun yang baru, aku kembali mengulang semuanya dari awal. Hanya ada satu yang berbeda dari sebelumnya, yaitu gaya penulisanku yang telah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Jika dapat bertemu dengan beliau langsung, aku ingin mengucapkan terimakasih padanya karena setelah membaca salah satu cerita dengan alur cerita dan tata bahasa yang sangat baik, aku menjadi memiliki perkembangan dalam tahapanku saat itu yang masih baru dalam dunia sastra terutama kepenulisan.
Kurasa semua itu masih saja berjalan lancar hingga suatu hari kakakku berhasil menemukan akunku yang benar benar kusembunyikan dari lingkungan sekitar baik rumah maupun sekolah. Hinaan demi hinaan pun berhasil kuterima dengan telinga dan hati yang panas dibuatnya. Terserah kalian ingin menilai diriku lebay atau tidak, namun ketika karyamu dihina oleh orang lain apa lagi orang itu merupakan saudara kandungmu sendiri, rasanya jauh berkali kali lipat lebih sakit dan memalukan.
Aku tidak tahu harus tetap melanjutkan hobiku itu atau tidak pada saat itu. Aku ragu untuk kembali melanjutkannya karena takut hinaan demi hinaan itu kembali memasuki pendengaranku. Namun mungkin memang takdirku hingga entah sdengan sebab apa aku kembali melanjutkan hobi itu. Mungkin saat itu aku hanya terlalu semangat karena melihat jumlah orang orang yang membaca ceritaku telah mencapai seribu dalam dua puluh bagian cerita, dan jika dihitung secara matematis mungkin setiap bagiannya hanya sekitar lima puluh orang dalam setiap bagiannya atau mungikin kurang dari itu karena jumlah pembacaku yang hanya membengkak pada bagian atau bab pertama. Mungkin orang orang merasa ceritaku cukup membosankan ketika membaca awalnya hingga memutuskan untuk tidak melanjutkan membaca ke bab bab selanjutnya.
Hari itu saat keluargaku berkumpul, kakakku dengan mulut embernya berhasil menyampaikan kegiatanku sebagai penulis. Nasib baik sedang memihakku saat itu karena kedua orangtuaku tidak menanggapinya dengan serius saat itu. Namun nasib baik tidak akan pernah selamanya berpihak pada manusia meskipun perjuangan yang mereka lakukan cukup keras.
Pada saat itu ibuku menyanyakan cita citaku kelak dan aku tidak bisa menjawabnya, percayalah cita citaku buknlah sebagai penulis. Penulis hanyalah hobi sampinganku saa itu. Aku bukanya tidak memiliki jawaban saat itu, aku hanya takut mengungkapkannya karena aku tau dengan benar dan pasti bahwa ibuku tidak akan menyetujuinya. Hingga akhirnya ibuku kembali membuka suara dan menyinggung soal penulis. Jika kalian pikir aku senang dengan perkataan ibuku, maka kalian salah, dan jika kalian berpikir itu merupakan dukungan dari ibuku, maka jalan pikiran kalian lagi lagi tidak sama dengan apa yang sebenarnya kualami.
Ibuku justru menyinggung pekerjaan sebagai seorang penulis dengan nada tidak suka dan tidak setuju dengan ekspresi tidak menyenangkan yang tergurat dengan jelas di wajahnya. Jika kalian ingin tahu apa yang kumaksud dengan posisi buruk yang kudapatkan di keluarga, maka jawabannya adalah aku merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Aku memiliki satu kakak perempuan dan satu saudara kembar lawan jenis denganku.
Aku mungkin tidak akan pernah ada bandingannya jika kalian membandingkanku dengan dia. Dia jauh dariku, dia jauh lebih hebat, dia jauh lebih berkuasa karena notabene dia adalah seorang laki laki dengan kekuatan yang jauh lebih besar daripadaku meskipun dia lebih muda beberapa menit dariku. Dan fakta yang paling kubenci adalah dia sangat jauh lebih pintar daripadaku. Dia sangat pitar sedangkan aku bahkan tidak dapat dikatakan pintar.
Aku sering merasa iri padanya, dan aku juga sering merasa banyaknya perlakuan berbeda diantara kami. Sayangnya aku hanya dapat diam menerima apa saja yang terjadi diantara keluargaku yang jauh lebih menyayanginya. Aku sering heran dengan takdir yang kurasa cukup konyol ini. Takdir dimana adikku itu jauh lebih disayang meskipun ia sering membentak kedua orangtuaku daripada aku yang jarang membentak mereka kecuali saat emosiku benar telah berada di puncaknya.
Kembali lagi ke kehidupan kepenulisanku, kakakku juga menghina nama akun yang kugunakan untuk menulis hingga aku memutuskan untuk menggantinya. Mungkin kesialan merupakan takdirku, dimana kakakku lagi lagi kembali mengetahui nama pena yang kugunakan dan kembali menghinanya. Mungkin kali ini nasibku auh lebih buruk daripada sebelumnya karena adikku itu ikut menghinaku. Kau tau,hal terburuk yang kualami sebagai anak kembar adalah ketika kau memiliki saudara kembar dengan kepintara diatas rata rata dan jauh lebih disayang oleh orangtuamu, tapi ia tidak pernah berhenti untuk mencari perhatian mereka. Juga ia yang tidak memiliki perasaan yang terikat sedikit pun padamu hingga ia selalu menyakitimu.
Bukan hanya keluargaku saja, namun beberapa temanku juga menghinaku karena cerita cerita yang kubuat. Aku benar benar merasa tidak mendapat dukungan dari siapa pun lagi pada saat itu. Namun sepertinya jiwa menulis perlahan telah tumbuh dalam diriku pada saat itu. Perjalanan menulis yang cukup sulit itu membuatku menyimpulkan sebuah hal yang dapat dikatakan bodoh, tapi sayangnya otak dan hatiku telah bekerja sama untuk meyakininya.
'Kau hanya dapat menaklukan orang tua dengan kepintaranmu, menarik perhatian orang lain dengan kecantikanmu, tapi kau hanya bisa memiliki pekerjaan dengan bakat yang kau miliki tanpa memedulikan kepintaran akademis maupun fisikmu'
Entah itu dapat kujadikan pedoman kalian atau tidak, namun yang jelas itu adalah pedomanku yang dapat membawaku hingga sejauh ini. Hingga pada akhirnya aku berhasil mendapatkan apa yang kuimpikan dan para penulis lainnya impikan yaitu menerbitkan karya mereka sendiri hingga menjadi konsumsi banyak orang.
Dua tahun bukanlah waktu yang skingkat, namun juga dapat dikatakan terlalu praktis karena hanya dengan dua tahun kau dapat menerbitkan karyamu sendiri. Namun di sini bukan disana titik nilainya, melainkan usaha yang harus kulalui selama dua tahun bekalangan. Betapa beratnya perjalanan hanya untuk menyalurkan apa yang ada di dalam benak dan hobi.
Dan kini terbukti, jangan pedulikan fisik atau nilai akademis sebagai hal yang membuatmu rendah diri. Tapi perhatikanlah hobimu dan kembangkanlah itu, karena pada akhirnya hobi juga menjadi salah satu hal yang menyebabkan orang lain menyayangimu.
Maka dari itu, kamu bisa menghina segala yang ada dalam diriku, tapi kamu tidak bisa menghina hobiku. Karena pada akhirnya terbukti jikia hobi yang awalnya mungkin hanya sebuah kebetulan atau mungkin takdir itu dapat membawamu jga kepada apa yang kau inginkan dan membawamu menujukkan pada dunia jika kamu bisa hidup dan sukses dengan kelemahanmu.
Tapi kamu juga harus percaya, ini semua bukanlah kebetulan. Ini merupakan sebuah takdir yang telah dituliskan oleh yang berkuasa. Semua orang memiliki takdir indsahnya masing masing, entah itu dituliskan untuk hari kemarin, hari ini, maupun hari yang akan datang.